Trauma healing atau pemulihan trauma menjadi amat penting bagi Anda yang pernah mengalami peristiwa yang menakutkan atau mengganggu, Anda tahu bahwa trauma dapat bertahan lama. Faktanya, penderitaan psikologis dapat berlanjut berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, dan bahkan puluhan tahun setelah peristiwa traumatis terjadi.
Trauma memiliki kemampuan untuk secara serius mengganggu kejiwaan seseorang dan atau dapat menyesuaikan diri dengan baik. Meskipun penyebab trauma tidak akan pernah dilupakan tetapi pemulihan dari trauma mungkin dapat dilakukan.
Dalam ilmu kesehatan jiwa dan psikologi, trauma merupakan penyingkatan dari istilah PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stres pasca trauma. Menurut American Psychological Association, trauma adalah respons emosional terhadap peristiwa mengerikan seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam. Salah satu cara perawatannya, yakni dengan trauma healing.
Tujuan dari trauma healing adalah untuk memberikan korban penyembuhan pada perasaan bahwa mereka memiliki kendali atas hidup mereka kembali.
Seorang psikiater, Judith Lewis Herman pada bukunya berjudul Trauma and Recovery menyebutkan terdapat tiga tahap yang dilalui korban trauma sebagai bagian dari proses penyembuhan yaitu keselamatan, pengakuan, dan pemulihan. Proses ini telah memandu pembuatan banyak program penyembuhan trauma.
Dikutip dari laman resmi UPMC (University of Pittsburgh Medical Center) Pemulihan dari trauma dimulai dengan penilaian dan stabilisasi kondisi fisik dan mental Anda oleh para ahli di pusat trauma yang berkualitas.
Fase 1: Keamanan dan Stabilitas
Tim perawatan akan mendiskusikan dengan penyintas seperti apa kebutuhan berkelanjutan setelah penyintas dipulangkan. Penyintas nantinya akan mendapatkan konsultasi apoteker untuk mempelajari bagaimana obat-obatan, persediaan, atau peralatan medis yang diresepkan akan berkontribusi pada pemulihan penyintas. Untuk memastikan penyembuhan tetap pada jalurnya, penting untuk rajin mengikuti perintah dokter.
Pada fase trauma healing ini, penyintas akan belajar menangani emosi yang berlebihan, mengatur perasaan, dan mengelola ketakutan. Mungkin yang paling penting, Anda akan belajar bagaimana menstabilkan kembali ketika dihadapkan dengan pemicu.
Fase 2: Mengingat dan Berduka/ Pengakuan
Setelah penyintas memulihkan rasa aman dan stabilitas setelah peristiwa traumatis, spesialis kesehatan mental akan mendorong penyintas untuk memproses trauma dan mengakui apa yang telah hilang dari diri seorang penyintas. Pada fase tramu healing ini, pkiater tidak bermaksud untuk menghidupkan kembali peristiwa kelam yang menjadi penyebab traumatis tersebut, tetapi menjelajahi dan mengintegrasikannya daripada memisahkannya di lingkungan yang aman.
Perlu diketahui, bahwa rasa sakit atau kemunduran fisik dapat memperlambat pemulihan mental dan emosional, bahkan menjadi sumber pemicu.
Fase 3: Memulihkan Hubungan
Tahap terakhir dari trauma healing adalah tentang pemberdayaan. Penyintas mungkin khawatir bahwa mereka tidak akan pernah sama seperti sebelum kejadian traumatis, tetapi trauma yang penyintas alami tidak perlu mendefinisikan siapa mereka.
Pada fase ini, spesialis kesehatan mental, nantinya akan membantu penyintas mencapai dan merayakan resolusi kognitif sehingga dapat menerima dan bergerak maju dari trauma yang mereka alami. Tergantung pada kesiapan penyintas tersebut, mereka mungkin menyarankan untuk berpartisipasi dalam latihan masuk kembali ke komunitas untuk membantu kembali ke kehidupan normal dengan bimbingan ahli rehabilitasi.
WILDA HASANAH